,

Kisah Seram Mary Bell, Remaja 11 Tahun yang Sudah Jadi Pembunuh Berantai

Kisah Seram Mary Bell, Remaja 11 Tahun yang Sudah Jadi Pembunuh Berantai

seputarberita – Sepanjang perjalanan sejarah, kita bakal menjumpai begitu banyak terjadinya peristiwa pembunuhan. Meskipun pembunuhan senantiasa dipandang sebagai hal yang salah, nyatanya sejarah menunjukkan kalau pembunuhan masih kerap terjadi hingga sekarang. Entah karena pelakunya sudah terlanjur larut dalam sentimen kebencian dan emosi. Atau karena pelaku pada dasarnya memang memiliki niat culas dan bersedia menghalalkan segala cara demi menyingkirkan orang-orang yang dianggap menghalangi tujuannya.

Jika bicara soal pembunuhan, maka banyak dari kita yang bakal langsung membayangkan sosok orang dewasa sebagai pelakunya. Namun tahukah anda kalau ternyata pernah ada kasus pembunuhan yang dilakukan oleh orang yang masih belum dewasa?

Mary Bell adalah nama dari sosok langka sekaligus menakutkn tersebut. Ia merupakan gadis asal Inggris yang sepintas terlihat sebagai sosok yang polos dan tak berdaya. Namun siapa yang menyangka kalau di balik penampakannya tersebut, Mary aslinya adalah pembunuh berantai yang sudah menghabisi setidaknya 2 orang. Gilanya lagi, Mary melakukan aksinya ini saat ia baru berusia 11 tahun.

Lahir dan Besar di Lingkungan yang Suram

FOTO MARRY BELLA WAKTU KECIL

Mary atau lengkapnya Mary Flora Bell lahir pada 26 Mei 1957 di Corbridge, Inggris. Ia merupakan putri dari seorang pelacur yang bernama Elizabeth Bell. Karena profesinya tersebut, Elizabeth pun memiliki kebiasaan bergonta ganti pasangan dan berhubungan badan dengan beragam pria.

Karena Elizabeth pernah berhubungan intim dengan banyak pria sekaligus, tidak ada yang tahu siapa ayah biologis dari Mary saat Mary akhirnya lahir. Mary sendiri meyakini kalau ayah biologisnya adalah seorang penjahat kambuhan dan pemabuk yang bernama William Bell.

Mary kecil hidup di lingkungan kumuh kota Newcastle. Di lingkungan tinggalnya tersebut, aksi kekerasan dan kejahatan sudah menjadi semacam pemandangan sehari-hari. Fenomena tersebut secara berangsur-angsur tak pelak mempengaruhi tumbuh kembang Mary.

Mary kecil juga tidak bisa mengandalkan ibunya sebagai panutan maupun pengayom. Pasalnya Elizabeth kerap meninggalkan rumah dan menelantarkan Mary sehingga Mary terpaksa harus berjuang sendiri hanya untuk makan.

Jika itu masih belum cukup, Elizabeth juga pernah beberapa kali mencoba membunuh Mary tanpa ketahuan dengan cara mendorongnya hingga jatuh dan memaksa Mary meminum obat tidur dalam dosis besar. Namun itu semua ternyata masih belum seberapa. Elizabeth juga pernah memaksa Mary melakukan hubungan badan dengan pria-pria hidung belang yang menjadi pelanggannya.

Akibat kerap ditelantarkan dan dikasari oleh ibunya sendiri, Mary pun kemudian tumbuh menjadi sosok yang gemar berbuat onar. Ia kerap berkelahi dengan anak-anak lainnya. Kemudian saat bergaul dengan teman-teman sebayanya, Mary kerap membual dan berkata kalau dirinya adalah seorang pembunuh. Tidak ada yang tahu kalau di kemudian hari, Mary bakal benar-benar menyeriusi bualannya tersebut.

Menjadi Pembunuh di Usia Belia

ILUSTRASI PEMBUNUHAN

Tanggal 11 Mei 1968, Mary dan temannya yang bernama Norma Joyce Bell bermain dengan seorang bocah yang baru berusia 3 tahun. Namun saat mereka sedang bermain, bocah tersebut meninggal akibat terjatuh. Namun karena peristiwa tersebut dianggap sebagai ketidaksengajaan, Mary dan temannya dianggap tidak bersalah.

Keesokan harinya, Mary kembali terlibat masalah setelah ia diadukan ke polisi oleh ibu 3 orang anak. Ibu tersebut menuduh kalau Mary sudah menyerang dan mencekik anak-anaknya. Usai menerima laporan, Mary sempat ditangkap dan diinterogasi oleh petugas, namun Mary kemudian dilepas begitu saja usai dinasihati.

Namun Mary nyatanya masih belum jera. Hanya berselang beberapa hari kemudian, Mary lagi-lagi terjerumus ke dalam masalah. Tidak tanggung-tanggung, ia mencekik seorang bocah 4 tahun yang bernama Martin Brown hingga tewas.

Seusai melakukan pembunuhan pertamanya, Mary ternyata masih belum mau berhenti. Pada tanggal 31 Juli, seorang bocah 3 tahun yang bernama Brian Howe menghilang dan tidak pernah kembali ke rumahnya.

Saat polisi melakukan penyelidikan, polisi menemukan kalau Brian sudah berada dalam kondisi tak bernyawa di bawah tumpukan beton. Brian diketahui meninggal akibat dicekik hingga tewas. Lebih ngerinya lagi, polisi juga menemukan adanya luka-luka sayatan pada perut dan kaki Brian.

Dengan menganalisa tingkat kedalaman luka pada perut Brian, polisi menduga kalau Brian dilukai dan dibunuh oleh pelaku yang masih berusia anak-anak. Polisi pun lantas melakukan penyelidikan kepada bocah-bocah yang ada di daerah setempat.

Terungkapnya Kedok Mary Sebagai Pembunuh

enginterogasi Mary dan Norma, polisi langsung menaruh kecurigaan pada mereka berdua. Pasalnya saat diminta memberikan keterangan mengenai di manakah keduanya pada waktu yang bersamaan dengan waktu meninggalnya Brian, keduanya memberikan keterangan yang saling bertolak belakang. Kesaksian dari orang-orang sekitar kalau Mary memiliki perilaku yang kasar hanya membuat polisi merasa semakin curiga.

Dengan menimbang bukti-bukti yang ada, polisi lantas menyimpulkan kalau Mary dan Norma adalah pelaku pembunuhan Brian. Polisi juga berhasil menemukan kalau Mary adalah pelaku pembunuhan Martin beberapa hari sebelumnya.

Saat kabar tersebut beredar, rakyat Inggris langsung dilanda kegemparan. Pasalnya mereka tidak pernah menyangka kalau gadis belia seperti Mary bisa melakukan pembunuhan sesadis ini. Wartawan beramai-ramai mencoba mengorek informasi sebanyak mungkin mengenai kehidupan pribadi Mary.

Seolah-olah ingin memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, Elizabeth selaku ibu kandung Mary malah menggunakan momen ini untuk kepentingan dirinya. Dengan iming-iming imbalan uang dari wartawan, Elizabeth merilis aneka macam cerita mengenai kehidupan pribadi Mary.

Mengenai Mary sendiri, pakar kejiwaan yang memeriksa Mary menyimpulkan kalau gadis tersebut menunjukkan gejala-gejala psikopat. Jika Mary dibiarkan melenggang bebas karena dianggap masih belum cukup umur, Mary dikhawatirkan bakal mengulangi tindakan serupa kepada anak-anak lainnya.

Atas pertimbangan tersebu, saat Mary dan Norma akhirnya diadili pada bulan Desember 1968, Mary dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara. Norma di lain pihak dibiarkan menghirup udara bebas.

Mary disekap di penjara Red Bank, St. Helens, Lancashire. Pada tahun 1977, Mary sempat kembali menyita perhatian saat ia berhasil melarikan diri dari penjara. Namun ia berhasil ditangkap tak lama kemudian dan harus melanjutkan masa hukumannya dengan pengawasan yang lebih ketat

Mary Sesudah Keluar dari Penjara

Mary menjalani hukuman penjara hingga tahun 1980. Saat ia sudah bebas, Mary memutuskan untuk mengganti identitasnya supaya ia bisa melanjutkan hidupnya secara normal.

Mary awalnya bisa menjalani kehidupan barunya tanpa kendala. Pada tahun 1984, ia bahkan melahirkan seorang anak perempuan. Namun kehidupan normal tersebut tidak berlangsung lama setelah wartawan setempat berhasil membongkar identitas baru Mary pada tahun 1998. Mary pada tahun itu diketahui sedang tinggal di Sussex, pantai selatan Inggris.

Khawatir kalau ia dan putrinya bakal diusik oleh warga sekitar, Mary beserta putrinya kemudian pindah ke tempat baru yang dirahasiakan sambil dikawal oleh polisi.

Namun Mary tidak mau jika ia dan putrinya harus terus menerus hidup dalam bayang-bayang stigma sosial. Maka, ia pun membawa kasus ini ke pengadilan. Ia meminta perlindungan hukum supaya ia beserta keturunanny bisa hidup dalam identitas baru tanpa gangguan.

Permohonan Mary tersebu dikabulkan pada tahun 2003. Sejak itu, Mary beserta putrinya pun bisa hidup dengan menyandang identitas baru tanpa harus khawatir kalau ada yang bakal membongkar aibnya di masa silam.

Sekarang, kasus Mary dikenang sebagai contoh kasus di mana seseorang yang dibesarkan dalam suasana penuh kekerasan bakal tumbuh sebagai sosok yang keras pula, bahkan saat masih berusia belia. Kesulitan Mary dalam melanjutkan hidupnya secara normal juga bakal menjadi pengingat supaya seseorang tidak nekat melakukan tindakan di luar batas karena sang pelaku sesudah itu harus menanggung aib dan konsekuensi berat di sisa hidupnya. Ingat Selalu Tebarkan Kasih Sayang.

Tags

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *